Pages

Pramuka Harus Menatap ke Depan

Salah satu foto dalam Peringatan Hari Pramuka Ke-51 Tahun 2012.

Pramuka Harus Menatap ke Depan

Sebagai seorang pramuka, kita harus selalu menatap masa depan yang lebih cerah.

SBY Memakai Pakaian Pramuka

Sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan, Bpk. SBY sangat sibuk, tetapi beliau mau menggunakan pakaian pramuka disela-sela HUT Pramuka.

Minggu, 28 Juli 2013

Arti Bagde Saka Bhayangkara


Keseluruhan lambang Saka Bhayangkara itu mencerminkan sikap laku dan dan perbuatan anggota Saka Bhayangkara yang aktif berperan serta membantu usaha memelihara dan membina tertib hukum dan ketentraman masyarakat, guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat, yang mampu menunjang keberhasilan pembangunan, serta mampu menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Sumber  : prasbhara-ngawi.blogspot.com

Minggu, 14 Juli 2013

7 Hal Yang Mulai Luntur Pada Diri Remaja Indonesia Sekarang

Seiring perkembangan jaman banyak kebiasaan para remaja yang mulai tergerus jaman,kalo kita sudah menyadari alangkah baiknya kita rubah bersama-sama  .Disimak gan. . . . .

1.Bilang Permisi


Kata " Permisi " . Mengucapkan kata permisi bila melewati orang di depan orang tua,oranglain,daerah-daerah angker meski kita tidak mengenalnya.namun kenyataannya sekarang Permisi merupakan kata asing bagi anak jaman sekarang padahal bila kita membiasakan diri membiasakannya untuk mengucapkannya. Kata ini tidaklah sulit untuk dilafalkan, namun kenyataannya sangat tidak kebanyakan anak jaman sekarang yang menggunakannya. 

2.Cium Tangan Orang Tua

Merupakan bentuk penghormatan dari menyesuaikan diri dengan budaya yang dikenal masyarakat, maka hal itu baik, karena menunjukkan bahwa kita memiliki tata etika dan sopan santun yang sesuai dengan metode masyarakat dan juga kebiasaan yang berlaku di dalam suatu budaya atau tata nilai masyarakat tertentu..

3.Makan Bersama keluarga

Makan bersama keluarga penting karena menabah keharmonisan hubungan keluarga sehingga anak-anak mengerti atas pentingnya makanan sehat. Mereka tidak terlalu banyak mengkonsumsi permen, gorengan, soda, dan makanan tidak sehat lainnya dan menumbuhkan sifat berbagi.

Budaya ini sudah muncul sejak jaman Adam dan Hawa.Mereka berbagi buah pengetahuan bersama. Inilah konsep yang sebenarnya ingin disampaikan lewat makan bersama, yaitu kebersamaan dan saling berbagi. Saat belum ada catering, dan nasi paketan, yang ada hanyalah prasmanan. Sejak jaman Bani Israel berperang, makanan dimasak di dapur umum, dan makanan dibagikan menurut porsinya. Ketikasatu keluarga makan bersama di meja makan. Ada nasi, sayur, dan lauknya di sana.

Makan bersama pada intinya adalah berbagi. Bahkan Mafia atau Yakuza membiasakan diri untuk makan bersama demi mendekatkan diri dan berkomunikasi. 

4.Menggunakan lampu Sein/Riting pada Motor/Mobil
Sering kali waktu kita berkendaraan baik itu memakai kendaraan motor atau mobil pas didepan kita ada orang sering kali mereka belok atau berputar tidak mengunakan lampu sein yang dimaksud padahal komponen itu sangatlah penting waktu kita hendak berbelok atau berputar namun sering tidak digunakan (Kebanyakan Sih si ABABIL GAN )

Lampu Riting adalah komponen penting kendaraan bermotor, karna lampu ini adalah suatu indikator suatu kendaraan untuk bener belok ke kiri maupun ke kanan, sehingga akan menghindarkan kendaraan dari kecelakaan. bahkan saking pentingnya komponen ini, Polisi akan menilang kalian jika kalian ketahuan mengendarai kendaraan bermotor tanpa lampu riting/sein di jalan raya.

5.Minta maaf/ Bilang maaf
Kalau berbuat kesalahan atau berjanji tapi tak ditepati, apa kira-kira yang akan anda lakukan kepada teman, pacar, orangtua, orang lain, ataupun Tuhan anda ? Minta MAAF.

Biasanya kita langsung meminta maaf, dan menyebutkan alasannya walaupun itu merendahkan marbabat kita.

Adapun Langkah2 Minta Maaf Kepada Kekasih dari laman She Knows :

a. Jangan ditunda-tunda
Setelah menyadari telah melakukan kesalahan, jangan ragu meminta maaf. Pasangan bisa merasa kecewa jika Anda menunda-nunda mengakui kesalahan Anda dan minta maaf. Lagipula, bila pasangan berbuat salah tentu Anda juga tak ingin menunggu lama hingga dia minta maaf, kan?
Makin lama Anda menunggu, makin sulit mengucap kalimat permintaan maaf. Jadi, sisihkan harga diri Anda dan segera meminta maaf.

b. Membuat janji perdamaian
Jika kata-kata maaf yang Anda ucapkan tidak bisa membuat dia yakin, Anda bisa melakukan cara lain untuk memuluskan permintaan maaf. Tawarkan si dia untuk makan malam berdua atau nonton film favoritnya. Atau, Anda juga bisa memberikan si dia kejutan, misalnya dengan memasakkan makanan kesukaannya atau membelikan barang yang sudah ia idam-idamkan dalam beberapa lama.

c. Bersabar
Jangan langsung berharap si dia bisa langsung memaafkan Anda. Hal ini tergantung dari seberapa besar kesalahan dan seberapa dalam Anda membuatnya merasa kesal. Ia mungkin butuh waktu untuk mendinginkan kepala, dan merenungkan permintaan maaf Anda.
Jadi, berikan dia ruang. Setelah meminta maaf, jika si dia belum mau bicara, lebih baik tinggalkan si dia sendiri. Cara ini juga bertujuan mencegah Anda untuk memaksanya menerima kata maaf Anda, yang justru bisa menimbulkan konflik baru. 

6.Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar 
Nah ini gan yang seringkita lihat diMukaBuku atau khususnya di berbagai isi sms yang hurup pada katanya mengunakan angka contohnya TS G4nt3ng ,orang yang mengunakannya sering disebut ALAY.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

7.Berdoa Dalam Melakukan Sesuatu (Mau makan,Berangkat Sekolah,Tidur dan Lain2 Menurut Agan)
BERDOA - yang secara etimologis berarti "meminta kepada Allah" mempunyai tujuan-tujuan yang bukan saja bersifat ukhrawi, melainkan juga bersifat duniawi. karena doa bukanlah untuk kepentingan Allah melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Kalaupun kita berdoa untuk memohon segala "sesuatu yang kita butuhkan", "yang kita inginkan" ataupun hanya "untuk menenangkan diri dari segala kesusahan", namun doa mempunyai beberapa faidah yang tak terhingga. 

Mungkin kita memang hidup dijaman modern tapi ingat gan tatacara dan adat tradisi Indonesia harus tetap kita jaga dan lestarikan . Bukankah kita bangsa yang terkenal atas adat sopan santunnya. Sampai sering muncul istilah.


ANDA SOPAN KAMI SEGAN

Kamis, 27 Juni 2013

SAKSI BISU PEMBERONTAKAN PETANI CONDET

Engkong Thalib (65) bercerita dalam nada bangga. Sambil menunjuk reruntuhan gedung tua di pertigaan Condet, Jakarta Timur ia mengisahkan tentang sebuah perlawanan lama. Ya, lebih kurang 91 tahun lalu, di tempat yang dikenal sebagai Villa Nova itu, para petani Betawi menyabotase sebuah pesta yang dilakukan oleh orang-orang Belanda. Peristiwa itulah yang 4 hari kemudian memantik adu nyawa para petani pimpinan Haji Entong Gendut dengan para serdadu marsose Belanda dan centeng-centengnya di Batu Ampar.

 Laki-laki dengan 10 cucu itu bercerita, dari generasi ke generasi kisah perlawanan itu terus dipelihara. Biasanya cerita tersebut disampaikan oleh para engkong sebagai bukti,”Kite orang Betawi tidak bisa begitu aje diinjak-injak ame kumpeni,”ujar penduduk asli Kampung Gedong itu.

 Thalib memang tidak sekadar mendongeng. Sartono Kartodirjo dalam Protest Movements in Rural Java menyatakan pemberontakan Condet memang tercatat dalam dokumentasi pemerintah Hindia Belanda. Cerita bermula dari sebuah peristiwa yang terjadi pada sekitar Februari 1916.


 Saat itu, Lady Lollinson-- seorang tuan tanah berkebangsaan Inggris—menang perkara atas seorang petani tua bernama Pak Taba. Selanjutnya, landrad (pengadilan) Meester Cornelis (sekarang Jatinegara) memutuskan untuk menyita seluruh hak milik Pak Taba.

 Eksekusi pun dilakukan secara cepat dan terbuka. Secara paksa, para petugas pengadilan menyita seluruh harta Pak Taba, termasuk sebidang tanah di Kebon Jaimin sebelah utara. Maka sejak itu, jadilah Pak Taba dan keluarganya jatuh miskin.

 Penduduk Condet banyak bersimpati sekaligus marah atas nasib yang menimpa Pak Taba. Tak terkecuali, tokoh kharismatik mereka yang bernama Haji Entong Gendut.”Dia merasa gerah, karena cerita kumpeni menggusur tanah orang Betawi sudah terjadi ratusan kali,”tutur Thalib.

 Willard Hanna –sejarawan Indonesia asal Amerika Serikat--menyebut penyitaan oleh pemerintah Hindia Belanda sangat lazim pada tahun 1900-an. Itu terjadi karena rakyat kebanyakan tidak sanggup membayar blasting (pajak tanah) yang diterapkan. “Jumlahnya memang fantastis, hingga wajar dari blasting ini bisa menutupi 30% kebutuhan negeri Belanda,”tulis Hanna dalam Hikayat Jakarta.

 Karena tidak tahan, melihat penderitaan rakyatnya,Haji Entong kemudian bermusayawarah dengan tokoh-tokoh Condet lainnya seperti Haji Amat Wahab dan Haji Maliki. Keputusan pun lahir: mereka harus melawan.

 Maka pada 5 April 1916, sekitar jam 11 malam, ketiga haji itu memimpin 30 pemuda bergerak ke arah kediaman Lady Lollinson di Vila Nova.Dengan gagah berani, mereka menghentikan pesta Tari Topeng yang menyertakan juga kegiatan judi dan pelacuran.Saat ditanya oleh Mantri Polisi alasan penghentian itu, Haji Entong menjawab,”Demi agama!”

 Penghentian itu ditafsirkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai sebuah bentuk pembangkangan. Empat hari kemudian, menjelang ashar ratusan orang yang terdiri dari serdadu marsose, centeng-centeng tuan tanah dan para upas mengepung rumah Haji Entong di Batu Ampar.

 “Keluar kau, Entong!”teriak Wedana Pasar Rebo yang memimpin rombongan para pengepung itu

 "Gue bakalan keluar setelah sembahyang barang sebentar!" sahut Haji Entong dari dalam rumah.

 Detik demi detik berlalu. Dengan tegang para pengepung menunggu Haji Entong keluar. Bada ashar (sekitar jam 4 sore), Haji Entong pun keluar. Bersamaan keluarnya dia, dari semak-semak bermunculan puluhan jagoan Condet. Pertempuran pun berjalan secara tidak seimbang. Dentingan golok dan tombak terdengar nyaring bersanding dengan suara tembakan dari senapan para serdadu marsose.

 Haji Entong sendiri bertempur bak harimau lapar. Dengan sebilah golok, dan tombak berbendera merah dihiasi bulan sabit putih, dia mengamuk. Dari mulutnya, tak henti-henti terdengar takbir,” Allahu Akbar! Sabilillah…Gue kagak takut ame kompeni!”teriaknya.

 Menjelang magrib,puputan di Batu Ampar itu berakhir. Tanah Batu Ampar yang berwarna merah semakin merah karena darah. Di bawah pohon duku dan rimbunan pohon salak, puluhan mayat bergelimpangan. Termasuk mayat beberapa pemuda Condet dan para haji Betawi yang ikut bertempur.

 Mayat Haji Entong sendiri tak pernah jelas keberadaannya. Ada tiga versi cerita rakyat Condet berkaitan dengan hal ini. Pertama, mayatnya dibawa hanyut arus Sungai Ciliwung saat dia terdesak ke arah sungai itu lalu tertembak mati.

 Versi kedua, mayat Haji Entong diangkut Belanda lalu dimakamkan di sebuah tempat di Bogor. Versi yang tarakhir malah sangat tragis, mayat Haji Entong diceburkan oleh Belanda ke Laut Jawa.

 Versi mana yang betul, tidak ada seorang pun yang berani menjaminnya. Namun yang jelas,sejarah mencatat upaya itu menjadi sebuah pemberontakan besar terakhir kaum tani di Betawi terhadap Belanda.Memang setelah kejadian tersebut, ada muncul sosok-sosok haji pemberontak lainnya.Namun mereka hanya sebatas "palang dade" saja. Seperti misalnya di Tanah Abang , ada sosok Haji Sabeni atau di Kemayoran, terkenal pula nama Haji Ung. Mereka dikenal sebagai palang dade atau pembela masyarakat setempat jika rakyat memiliki masalah dengan Belanda dan kroni-kroninya.

 Bisa jadi karena sikap patriotik para haji saat itu, banyak nama jalan di Jakarta kemudian menggunakan nama mereka. Sebuah simbol kebanggaan rakyat Betawi akan leluhur mereka yang pahlawan. Laiknya kebanggaan Engkong Thalib.

Sumber : Hendi Jo

Rabu, 26 Juni 2013

ABG ERA REVOLUSI


Mungkin karena keadaan, abege zaman revolusi tak sepenuhnya bisa "mereguk indahnya masa-masa remaja". Alih-alih nongkrong2 atau sekadar pergi ke pesta, yang ada mereka malah harus selalu stelling (posis siap tempur) di front terdepan. Ronald Stuart Kain (jurnalis perang dari National Geographic yang pernah meliput perang kemerdekaan di Jawa) melukiskan mereka sebagai "tentara-tentara yang tampak baru beranjak remaja, sebagian besar begitu pendek dan kurus sehingga senapan yang mereka bawa terlihat terlalu berat. Seragam yang mereka pakai juga sangat beragam, demikian pula perlengkapan senjatanya. Sebagian besar seragam dan perlengkapan kelihatannya berasal dari tentara Jepang."

Sumber : Hendi Jo

Selasa, 25 Juni 2013

BERTEMPUR DI SAMPING KAWAN YANG GUGUR


Bertempat di pinggiran kota Surabaya. Seorang serdadu Belanda dari Kesatuan Marinir Kerajaan sekuat tenaga melumpuhkan para gerilyawan republik yang bersembunyi di sebuah gubuk. Sementara di sampingnya, seorang marinir lainnya terkapar dan gugur seketika terkena berondongan peluru yang berhamburan dari Senapan Mesin 12,7 para gerilayawan. Sumber resmi organisasi veteran Belanda menyebutkan sekitar 8000 tentara Belanda gugur selama "aksi polisional" (1946-1949) mereka di Indonesia. Ribuan lainnya cacat dan hilang di hutan-hutan tropis Nusantara.

Sumber : Hendi Jo

Senin, 24 Juni 2013

SOEKARNO TERLELAP SEPERTI GUS DUR


Foto langka ini merupakan koleksi pribadi Irawan Sumardi yang diberikan kepada kawan saya Mbak Kartini Alexander. Si Bung terlelap di samping Ratna Sari Dewi, saat kunjungan ke Paris pada 1960-an.

Sumber : Hendi Jo

Minggu, 23 Juni 2013

NERAKA INGGRIS DI TIMUR JAWA

Ratusan makam bernisan salib putih itu berderet rapi seperti tentara yang tengah berbaris. Di kanan kirinya, puluhan pohon kamboja tumbuh subur, kalah bersaing dengan hutan beton bangunan tinggi yang banyak tumbuh di sekitar Casablanca, Jakarta Selatan.

 Pekuburan itu memang terletak di salah satu pusat keriuhan Jakarta. Tepatnya di Menteng Pulo, sebuah tempat yang bertetangga dengan kawasan bisnis Kuningan atau Jalan Rasuna Said. ”Saking ramainya, tak banyak orang tahu di sini ada pekuburan,”ujar Andri (26), salah seorang tukang ojek yang kerap mangkal di sana.

 Ungkapan Andri memang tak salah. Alih-alih para pendatang, orang-orang yang sudah lama di Jakarta pun kadang jarang tahu soal pekuburan tersebut. Padahal yang ditanam di sana bukanlah manusia-manusa sembarangan. Mereka adalah para serdadu Inggris (2 diantaranya berpangkat Brigadir Jenderal) yang tewas saat berduel dengan para pemuda Indonesia di Surabaya 66 tahun yang lalu.

 Alkisah suatu siang pada 25 Oktober 1945,mendaratlah di Pelabuhan Tanjung Perak,Surabaya sekitar 6000 pasukan dari 49 Indian Infantery Brigade ”The Fighting Cock” (selanjutnya disebut Brigade 49) pimpinan Brigadir Jenderal AWS.Mallaby. Maksud kedatangan para serdadu yang memiliki pengalaman tempur menakjubkan saat melawan Tentara Jepang di hutan-hutan Burma itu, tak lain adalah untuk melucuti senjata balatentara Jepang di Indonesia

 ”Mereka tidak tahu beberapa hari sebelumnya senjata-senjata Jepang itu telah kami rampas lewat sebuah pertempuran yang panas,”ujar Letnan Kolonel (purnawirawan) Moekajat,salah seorang pimpinan BKR (Badan Keamanan Rakyat) di Surabaya kala itu.

 Kedatangan tentara Inggris, pada awalnya disambut baik. Namun sikap akomodatif dari para pemuda Surabaya justru disambut oleh tentara Inggris dengan sikap besar kepala. Salah satu contoh sikap arogan itu terlihat saat gagal menemukan kesepakatan dalam sebuah pertemuan antara pihak Tentara Inggris dengan pihak Indonesia (diwakili oleh pemerintah daerah Jawa Timur), tanpa ba-bi-bu, para perwira Inggris meninggalkan begitu saja Gubernur Soerjo.

 ”Sikap tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh kebanggan psikologi mereka yang merasa sebagai salah satu pihak yang memenangi Perang Dunia II,”tulis Nugroho Notosusanto dalam Pertempuran Surabaya.

 Setelah melalui sebuah lagi perundingan yang berlangsung alot, disepakati untuk sementara Tentara Inggris harus menghentikan laju gerakannya sampai garis 800 meter dari garis pesisir Tanjung Perak. Terhitung hari itu yakni 26 Oktober 1945.

 Namun kesepakatan baru berlangsung sehari, secara tiba-tiba Tentara Inggris melakukan gerakan menyerang kota: menduduki beberapa titik sekaligus melucuti beberapa kesatuan pemuda dan Polisi Indonesia. Seolah kurang puas dengan manuver itu, mereka pun mengirimkan ancaman yang disebar melalui pesawat dakota agar ”orang-orang Indonesia” menyerah tanpa syarat.

 Tentu saja aksi penginkaran itu direspon secara keras oleh para pemuda Surabaya. Alih-alih menuruti kemauan Tentara Inggris, mereka malah melakukan penyerangan balik. Terjadilah pertempuran selama 2 hari (28-29 Oktober) yang berakhir dengan terjepitnya posisi Tentara Inggris hingga tanpa malu-malu mereka mengibarkan bendera putih dan minta berunding.

 Ikhwal ”kekalahan memalukan” itu diakui oleh Kapten R.C.Smith, salah seorang veteran Tentara Inggris yang terlibat dalam pertempuran itu. Pada 1975,dalam suratnya kepada penulis J.G.A Parrot, Smith menyebut Brigjen Mallaby sangat khawatir jika pertempuran tak berhenti,anak buahnya akan disapu bersih (wiped out). Suatu kekhawatiran yang sama dirasakan pula oleh Kolonel A.J.F Doulton:

 ”Perlawanan heroik dari Tentara Inggris hanya akan berakhir dengan hancur leburnya Brigade 49,kecuali ada seseorang yang bisa mengendalikan kemarahan orang-orang itu (maksudnya para pejuang Indonesia di Surabaya),”tulis Doulton dalam The Fighting Cock: Being the History of the Twenty-third Indian Division,1942-1947.Di kemudian hari Inggris menemukan ”sang pengendali” itu tak lain adalah Soekarno.

 Maka pada 30 Oktober 1945,atas permohonan Inggris,dari Jakarta Soekarno terbang ke Surabaya. Di sana ia terlibat perundingan dengan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn,Komandan Divisi India 23, yang tak lain merupakan atasan Brigjen.Mallaby. Dari perundingan itu tercetus kembali kesepakatan yang diantaranya adalah pengakuan pihak Inggris terhadap eksistensi Republik Indonesia sebagai salah satu syarat dihentikannya pengepungan terhadap Tentara Inggris di Surabaya. Perundingan usai jam 13.00.

 Baru 4 jam Soekarno meninggalkan Surabaya, saat sosialisasi gencatan senjata di dekat Gedung Internatio Brigjen Mallaby tewas. Ikhwal penyebabnya hingga kini masih betselimutkan misteri. Pihak Inggris menyebut Mallaby gugur ditembak seorang pemuda Surabaya.Sebaliknya pihak Indonesia menuduh penembak runduk tentara Inggrislah yang membunuh jenderal mereka sendiri sebagai alasan untuk menjadikan kematiannya sebagai alasan menggempur Surabaya (Lihat tulisan saya yang lain Kematian Misterius Si Ayam Jago).

 Tewasnya Mallaby menjadikan kesepakatan gencatan senjata berlangsung berantakan. Pihak Inggris bereaksi keras atas peritiwa tersebut. Pada 31 Oktober 1945, terjadi peristiwa yang seolah de javu dari peristiwa 27 Oktober: sebuah pesawat dakota melayang-layang di atas Surabaya sambil menyebarkan selebaran yang singkatnya berisi ancaman supaya para pemuda dan pimpinan-pimpinannya menyerah tanpa syarat paling lambat 9 November 1945.

 Alih-alih dituruti, ultimatum yang langsung ditandatangani oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison (Komandan Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara) dianggap sepi oleh para pemuda. Sebagian malah mengangap itu merupakan gertak sambal gaya Britania saja.

 ”Pada prinsipnya mereka memilih untuk menjawab ancaman itu dengan perlawanan,” tulis Batara R. Hutagalung dalam 10 November ’45. Mengapa Inggris Membom Surabaya?

 Sementara pemuda Surabaya berlaku cuek, pada 3 November 1945,sekitar 24.000 serdadu mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak,Surabaya. Mereka dari Th5 British-Indian Division (selanjutnya disebut Divisi 5),yang baru saja mengalahkan pasukan Jerman Nazi pimpinan Marsekal Erwin Rommel di El Alamein,Mesir. Pendaratan itu diikuti pula dengan iring-iringan 20 pesawat pemburu Musquito dan 12 pesawat pemburu P4 Thunderbolt (yang bisa mengangkut 250 kg bom) serta puluhan tank jenis Sherman dan Stuart.

 Dan terbukti,sikap cuek para pemuda Surabaya harus dibayar mahal.Tepat pukul 06.00 pada 10 November 1945, Tentara Inggris membombardir Surabaya hingga tengah malam.Akibatnya ribuan orang (mayoritas rakyat sipil) tewas seketika. ”Wajar bila hari pertama saja sudah ribuan.Di Pasar Turi saja saya menyaksikan gelimpangan mayat berjumlah hingga ratusan,”ungkap Letkol (Purn) Moekajat.

 Seorang penulis bernama David Wehl menyatakan bahwa sejak 10 November 1945, Surabaya menjadi lautan api dan mayat. Mayat manusia, kuda, anjing,kucing,kambing dan kerbau bergelimpangan di selokan-selokan dan jalan-jalan utama kota Surabaya. Bau busuk yang bersanding dengan mesiu telah menjadi aroma sehari-hari di kota itu.

 Di bawah “guyuran” agitasi Bung Tomo dari Radio Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), pertempuran antara dua pihak sendiri berlangsung seru. Kendati hanya mengandalkan sejenis senjata tajam dan senjata api peninggalan KNIL dan rampasan dari Jepang, pemuda-pemuda Indonesia (saya sebut demikian karena para pemuda yang bertempur bukan hanya dari Surabaya saja tapi juga pemuda dari seluruh Indonesia yang sengaja datang ke sana) melakukan perlawanan sengit.

 “Di pusat kota, pertempuran lebih dahsyat, jalan-jalan harus diduduki satu per satu, dari satu pintu ke pintu lainnya... Perlawanan orang-orang Indonesia berlangsung dalam dua tahap, pertama pengorbanan diri secara fanatik, dengan orang-orang yang hanya bersenjatakan pisau-pisau belati dan dinamit di badan menyerang tank-tank Sherman, dan kemudian dengan cara yang lebih terorganisasi dan lebih efektif, mengikuti dengan cermat buku-buku petunjuk militer Jepang.”tulis David Wehl dalam Birth of Indonesia.

 Sejarah mencatat, Tentara Inggris sempat lintang pukang menghadapi perlawanan ini. Di hari kedua saja,sudah 3 Mosquito tertembak jatuh. Termasuk yang membawa Brigjen. Robert Guy Loder Symonds, kena sikat PSU Bofors 40 (sejenis senjata penangkis serangan udara milik KNIL) yang dikendalikan oleh sekelompok veteran PETA yang berpengalaman menghadapi pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat di palagan Halmahera dan Morotai.

 Kisah Perang Surabaya tidak hanya berisi cerita-cerita heroik semata. Tapi juga cerita nyinyir dari sudut tergelap perjuangan. Kala itu selain para pemuda pejuang, di Surabaya bertebaran pula bandit-bandit berkedok pejuang yang kerjaannya memperkosa para perempuan Indo dan merampok harta rakyat. Persis seperti dikisahkan Trisnoyuwono (salah seorang penulis ternama Indonesia) dalam salah satu cerita pendeknya berjudul Di Medan Perang.

 Hingga pertempuran berakhir di hari ke-21, korban jiwa diperkirakan mencapai angka puluhan ribu. Menurut laporan dr. Moh. Suwandhi, kepala kesehatan Jawa Timur, dan yang aktif menangani korban pihak Indonesia, jumlah orang Indonesia yang tewas dalam insiden itu adalah 16.000 jiwa.Lalu bagaimana dengan korban di pihak Inggris?

 Mengutip keterangan penulis Anthony James Brett, Batara R.Hutagalung menyebutkan sejak mendarat di Surabaya, Inggris telah kehilangan sekitar 1500 prajuritnya (termasuk 2 jenderal tewas dan 300 serdadu Inggris Muslim asal India dan Pakistan yang diklaim pihak Indonesia telah menyebrang ke pihak mereka).

 Karena itu, Inggris menyebut Perang Surabaya sebagai perang yang terberat pasca Perang Dunia II.Surat kabar New York Times (edisi 15 November 1945) bahkan mengutip kata-kata para serdadu Inggris yang menyebut “The Battle of Surabaya” sebagai “inferno” atau neraka di timur Jawa.Berlebihan? Saya kira tidak, nisan-nisan yang berjejer rapi di Menteng Pulo adalah salah satu saksinya.

Sumber : Hendi Jo