Pages

Senin, 03 Juni 2013

KAPAL SELAM MINI BUATAN PABRIK WATSON

Di era Perang Kemerdekaan (1945-1949), persenjataan ibarat emas. Dibandingkan militer Belanda, alutsista (alat utama system persenjataan) militer Indonesia jelas tak ada apa-apanya. Selain mengandalkan rampasan dari tentara Jepang, Inggris dan Belanda serta pembelian di pasar gelap, militer Indonesia juga berinsiatif memproduksi sendiri system persenjataanya. Menurut keterangan Letjen (purn) Sayidiman, setidaknya ada dua “pabrik senjata” yang tersohor saat itu. Pertama, namanya Watson, sebuah pabrik besi dan rongsokan yang kemudian disulap menjadi pabrik alusista darurat. Kedua yakni “pabrik senjata” Demakijo, sebuah produsen senjata yang tadinya merupakan pabrik gula. Kedua “pabrik senjata” tersebut berada di kawasan Yogyakarta.

 Kendati sangat berguna, produk-produk “abal-abal” yang meniru Stendgun, karaben Qirov, ranjau darat, granat gombyok penggunaannya memang jauh dari harapan. Tak jarang senjata-senjata itu macet di tengah pertempuran atau tiba-tiba larasnya menjadi bengkok (karena tak kuat menahan panas mesiu dari peluru yang terus diberondongkan). Bahkan granat gombyok (granat berekor seperti buntut kuda) sering memakan korban putusnya tangan sang pelempar, karena api yang disulut lewat ekornya keburu mencapai detonantor sebelum dilepar ke sasaran musuh dan meledak di tangan.

 Namun apa daya, proyek Watson dan Demakijo tetap dilanjutkan. Pada sekitar pertengahan tahun 1948, Watson mendapat order proyek dari Kementerian Pertahanan RI untuk membuat sejenis kapal selam mini. Menurut Drs Moehkardi dalam Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Pisik 1945-1949, kehadiran kapal selam mini ini diperlukan untuk menghancurkan kapal-kapal perusak Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang bertugas memblokade pergerakan di laut-laut sekitar Pulau Jawa.

 Maka dipanggillah seorang perwira ALRI bernama J. Gigan. Ia merupakan alumni Akademi Angkatan Laut Den Helder Belanda. Selama Perang Dunia II berkecamuk, ia berdinas di kesatuan mariner Belanda. Begitu mendengar Indonesia merdeka, Gigan lantas keluar dari Marinir Belanda dan pulang ke tanah air untuk bergabung dengan para gerilayawan.

 Percobaan pertama kapal selam mini tersebut dilakukan di Kalibayem, yang terletak di sebelah barat Yogyakarta. Kapal selama yang digerakan oleh mesin truck ini saat percobaan berhasil bergerak, mengapung dan menyelam. Tetapi ketika torpedonya diijicoba untuk ditembakan, tiba-tiba handel pengikatnya tak mau lepas dan torpedo tetap terikat di tempatnya semula. Akibatnya sungguh fatal: kapal selam mini yang hanya diawaki oleh satu manusia saja itu malah ikut terseret oleh dorongan torpedonya. Maka gagalah proyek rahasia itu.

 J. Gigan sendiri berusaha memperbaiki kelemahan kapal selam made in Watson tersebut. Namun sebelum hasil sempurna dicapai, pada 19 Desember 1948, militer Belanda menyerbu Yogyakarta dan merampas semua alutsista yang berada di Watson dan Demakijo. Termasuk kapal selam mini yang tadinya diangankan bisa membuat geger Angkatan Laut Kerajaan Belanda itu.

Sumber : Hendi Jo


0 komentar:

Posting Komentar